Pagi tadi, tidak lama setelah adzan subuh berkumandang dari surau di kampung sebelah, terdengar sebuah pengumuman. Sering pengumuman dari masjid di pagi hari memberitahukan berita duka cita, kali ini yang berduka cita adalah seluruh warga masyarakat, karena hari ini PLN memberlakukan pemadaman bergilir mulai pukul 07:00 sampai 17:00, 10 jam tanpa listrik, kasihan anak-anak.

Pagi ini matahari tampaknya juga enggan bersinar dengan terik, setidaknya terlihat dari halaman depan rumahku. Sambil merasakan hidup tanpa listrik, kecuali sisa energi battery di notebook dan handphone, saya coba mencari-cari energi listrik alternatif di internet.

Pemadaman Listrik Bergiliran

Sepertinya kita kembali ke masa lalu dimana energy listrik menjadi sebuah barang yang sangat berharga dan tidak dapat dinikmati oleh setiap orang. Pemadaman bergilir sekarang mulai menghantui wilayah Jabotabek setidaknya saya yang tinggal di Depok.

Karena pemerintah sepertinya tidak tanggap, maka kita harus kreatif sendiri-sendiri untuk mencari energi alternatif. Salah satu yang saya cari ada solar cell alias panel surya.

Panel surya menurutku lebih simple karena cukup diletakan di atas genting rumah yang setiap hari terekspos matahari secara terus-menerus, kecuali malem hari tentunya dan saat mendung.

Sambil mencari-cari, saya coba menghitung jumlah lampu yang ada di rumah. Karena design awal menggunakan system pencahayaan down-light (rumah T-36 aja kebanyakan gaya), ternyata cukup boros dengan jumlah lampu, lebih dari 17 lampu.
Selain itu televisi dan kulkas adalah alat elektronik yang selalu aktif setiap hari.
Jika mengacu kepada daya listrik yang diberikan oleh PLN sebesar 6 Ampere, maka daya terpasang di rumah saya adalah setara dengan 1300 Watt (maklum RSS).

Berhubung masih awam dengan perhitungan listrik, saya coba browsing di internet untuk harga solar cell system dengan kapasitas 1000 Watt.
Cukup sukar ternyata mencari harga solar cell di Indonesia sampai akhirnya ada satu website yang memampangkan harganya, sebesar Rp. 14.500.000,- Sebuah harga yang lumayan mahal, tentu saja buat saya.

Setelah tanya sana sini, beberapa informasi menyebutkan untuk merubah alat-alat di rumah menjadi DC karena ini dapat mengurangi harga inverter DC to AC yang harganya lumayan mahal. Tapi mana mungkin merubah semuanya, paling hanya merubah lampu menjadi DC, itu juga berarti menambah pengerjaan untuk memisahkan system lampu dari catu PLN ke catu DC Solar Cell, ujung-ujungnya juga nambah cost.

Dengan anggapan pengguna Solar Cell 1000 Watt sudah dapat memenuhi kehidupan sehari-hari dan asumsi bayaran listri PLN yang katanya masih disubsidi pemerintah sebesar Rp. 150.000,- per bulan, maka ROI pembelian solar cell adalah Rp. 14.500.000, : Rp, 150.000,- adalah 96 Bulan atau setara dengan 8 Tahun!.
Itu juga tidak ada penggantian battery. Tetapi setidaknya 8 tahun tidak diganggu sama PLN.

Saya sendiri belum tahu apakah asumsi saya ini benar adanya, atau mungkin ada parameter lain yang belum dimasukan, karena beberapa info menyebutkan bahwa harga solar cell adalah sebesar USD 8 / Watt. Jadi untuk 1000 Watt adalah USD 8000 atau setara dengan Rp 75.200.000,- (mahal banget!) dan ROInya adalah 501 Bulan atau 41 Tahun !